Geeknews.id – Salah satu
beban berat yang harus dirasakan film sekuel adalah ketika
pendahulunya memiliki riwayat kesuksesan. Begitu juga yang terjadi
pada Danur 2: Maddah.
Kesuksesan sang
‘kakak’, Danur: I Can See Ghosts yang tayang
pada 2017 lalu mau tak mau menjadi tolok ukur bagi penonton yang
penasaran dengan kisah Prilly Latuconsina selanjutnya
di Maddah.
Namun sepertinya ekspektasi tinggi
ketika akan menonton Maddah menjadi terlalu
berlebihan, terutama bila Anda adalah penggemar film horor.
Maddah dimulai dengan
teror yang menghantui Risa (Prilly Latuconsina) berkat kemampuannya
melihat dunia astral.Secara umum, Maddah tak memiliki perbedaan
berarti dibandingkan pendahulunya. Perbedaan hanya dari segi cerita
-pastinya- dan juga sebagian pemeran film yang kembali mengangkat
kisah nyata novelis Risa Saraswati itu.
Mimpi pohon yang sama ketika
di Danur: I Can See Ghost selalu membuat Risa
terbangun dari tidurnya. Pohon itu adalah kenangan ketika ia harus
berhadapan dengan hantu wanita bernama Asih.
Tapi kali ini tak ada Asih yang
diperankan secara ‘gila’ oleh Shareefa Daanish seperti di film
pertama, meski di Maddah hantunya masih
bernuansa indo.
Namun Risa masih belum bisa
menerima kenyataan ia memiliki kemampuan yang berbeda dibanding
orang kebanyakan itu. Hingga pada suatu kali, ia harus menerimanya
demi menolong kerabatnya sendiri.Risa kini sudah beranjak dewasa.
Ia telah duduk di tingkat akhir perguruan tinggi. Namun ia masih
sama seperti dahulu, kerap melihat hantu, pun masih berkawan dengan
teman-teman gaib ciliknya.
Risa harus menolong omnya sendiri,
Achmad (Bucek Depp) yang kepincut hantu noni Belanda bernama
Elizabeth. Gara-gara kepincut makhluk gaib, hubungan Achmad dengan
istrinya, Tina (Sophia Latjuba) menjadi berantakan.
Awi Suryadi masih dipilih menjadi
sutradara Maddah dan dibantu lagi oleh Lele
Laila dan Risa Saraswati yang duduk menggarap kisah sekuel ini.
Secara umum, pilihan Awi membuat
nuansa Maddah lebih gelap dibanding prekuelnya
adalah pilihan yang baik, meski dalam beberapa bagian menjadi
terlalu berlebihan.
Maddah menawarkan
kisah cerita yang ingin menunjukkan kegalauan Risa akan kemampuan
gaibnya. Namun sayangnya konflik dalam film ini kurang terasa.
Selain Risa, peluang mengeksplorasi
drama tersebut bisa diambil dari konflik keluarga Tina dan Achmad.
Dari keluarga kecil itu, hanya anak mereka, Angki (Shawn Adrian)
yang benar-benar terlihat khawatir akan keutuhan
keluarganya.Padahal, Maddah memiliki peluang yang amat baik untuk
mengeksploitasi emosi drama dari Risa. Misal, ketika ia meduga
Achmad selingkuh, atau ketika Risa harus menghadapi anggapan ‘gila’
dari sekelilingnya, termasuk dari adik yang pernah ia selamatkan,
Riri.
Namun Prilly patut diberi pujian.
Karakter Risa tampaknya kini sudah melekat dengan Prilly dan
kemampuan beraktingnya juga semakin membaik, khususnya ketika ia
harus beradegan kesurupan.
Ditambah dengan fan yang fanatik di
kalangan remaja, Prilly sejatinya menjadi faktor penting
kesuksesan Danur 2: Maddah.
Hal itu terlihat dari perolehan
penonton di hari pertama sejak tayang 28 Maret
lalu. Danur: Maddah sukses menjual 170 ribu
tiket di hari pertama dengan proyeksi pendapatan kotor sekitar
Rp6,3 miliar (Rp37 ribu per tiket).
Berdasarkan perhitungan mandiri
yang dilakukan CNNIndonesia.com, bila MD
Pictures meningkatkan promosi selama akhir pekan
Paskah, Danur 2: Maddah bakal mampu mendulang
pendapatan melebihi prekuelnya lebih cepat.
Geeknews.id— Geeks, Trailer
terbaru film Avengers: Endgame akhirnya rilis pada Kamis
(14/3/2019), Film Avengers: Endgame yang akan rilis pada 26 April
2019. Dalam yang kedua Avengers: Endgame ini, terlihat ada
beberapa hal yang menarik yang patut kita perhatikan, seperti
bergabungnya kembali Hawkeye dan Ant Man yang dimana di film
Captain America : Civil War Hawkeye dan Ant Man pernah bergabung
dengan Team Steve Rogers aka Captain America untuk melawan Team
Tony Stark dan juga bergabungnya Captain Marvel superheros baru
untuk membantu mengalahkan Thanos.
Nah Geeks, Trailer film Avengers: Endgame sebelumnya telah
tayang pada awal bulan Desember 2018 lalu yang menunjukkan
musnahnya kehidupan di semesta akibat ulah Thanos. Akan
tetapi, dalam trailer terbaru Avengers: Endgame lebih
memperlihatkan para Avengers yang tersisa melakukan persiapan untuk
perang melawan Thanos.
Film Avangers : Endgame sangat patut di tunggu ih geeks, Sudah
siap menunggu perilisannya bulan april 2019 nanti?
Geeknews.id – Diawal tahun 2019,
rumah produksi goodhouse.id menggelar acara gala premier film
DreadOut, sebuah film horor pertama yang diangkat dari game horor
karya developer Indonesia (Digital Happiness) yang telah sukses
secara internasional.
Acara gala premiere tersebut makin
semarak karena dihadiri oleh cast bersama sutradara, produser, game
developer DreadOut dan beberapa partner yang terlibat dalam project
film DreadOut, yakni CJ Entertainment, Sky Media, Nimpuna Sinema
dan LytoGame. LytoGame merupakan perusahaan game developer tebesar
di Indonesia yang mendukung diangkatnya game DreadOut ke layar
lebar.
Kimo Stamboel sutradara sekaligus
penulis dan produser film DreadOut berharap gala premiere ini akan
membuktikan rasa penasaran para pencinta game DreadOut dan juga
semua pencinta film Indonesia, khususnya horor dan seluruh gamers
di Indonesia.
“Brand dari game ini sudah sangat
besar dan kuat, walaupun memang ide awal cerita yang disepakati
bersama teman-teman dari Digital Happiness
adalah prequel dari gamenya, tapi kualitas,
keseruan dan kengerian dalam film ini harus sama persis seperti
gamenya. Saya tersanjung namun memikul beban tanggung jawab yang
besar telah dipercaya oleh teman-teman creator game DreadOut dari
Digital Happiness untuk menyutradarai film DreadOut,” ujarnya.
Creator dan produser game DreadOut,
Rachmad Imron menambahkan banyak rumah produksi dan sutradara lain
untuk minta izin mengangkat game DreadOut ke layar lebar.
Namun kesamaan visi akhirnya yang
menjadi bahan pertimbangan utama memilih Kimo Stamboel dari Mo
Brothers untuk mengangkat game DreadOut. “Memang sudah lama
nge-fans sama film-film karya Kimo, kami langsung bisa kebayang
gimana seru dan kerennya kalau Kimo jadi sutradara film ini.
Belum banyak pelaku film yang mengapresiasi game untuk dijadikan
film. Semoga pendekatan DreadOut lewat film, bisa memperluas
game-nya lagi ke depan,” pungkasnya.
Caitlin Halderman dan Jefri Nichol
aktris muda bertalenta yang dipercaya memegang peran utama sebagai
Linda dan Erik dalam film ini merasa bangga dan senang ikut
merasakan keseruan dalam peluncuran film DreadOut pada acara Gala
Premiere hari ini.
Sebenernya udah lama aku ingin
mencoba karakter dalam genre film yang baru seperti genre film
horor, bukan hanya drama percintaan saja. Khusus untuk film ini,
aku harus menjalani latihan cukup berat, mulai dari latihan
fisik, reading untuk pendalaman karakter sampai
latihan adegan-adegan stunt, karena hampir semua
adegan berbahaya aku lakukan sendiri tanpa pemeran pengganti, ujar
Caitlin.
“Seru banget bisa jadi bagian
dari Film DreadOut apalagi dapet kesempatan kerja bareng dengan
sutradara sekelas mas Kimo. Awalnya agak ragu dan nggak PeDe ketika
ditawari peran ini karena main film horor yang banyak actionnya
itu, menjadi tantangan baru buat aku. Tapi setelah diyakinkan oleh
mas Kimo dan para produser film DreadOut, akhirnya aku berani juga
ambil perannya.” kata Nichol.
Wida Handoyo selaku salah satu
produsernya mengatakan, diawal tahun ini rumah
produksi goodhouse.id memberikan kado
awal tahun setelah melalui proses dan perjalanan yang cukup panjang
dengan menggelar gala premiere film DreadOut bersama wartawan,
komunitas game, blogger dan vlogger di CGV Cinemax Grand
Indonesia.
“Semoga film ini bisa diterima oleh
masyarakat karena menjadi tonggak sejarah bersatunya industri game
dan industri film di Indonesia. Film DreadOut siap tayang di semua
bioskop di seluruh Indonesia pada tanggal 3 Januari 2019,”
dalam acara press conference gala premiere Film DreadOut di CGV
Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1).
Terinspirasi dari game ciptaan
Digital Happiness yang berjudul “DreadOut” yang berhasil
menjadi game indie horor yang populer
di platform internasional STEAM dan menjadi
semakin popular ketika PewDiePie (youtuber Internasional)
memberikan review positif terhadap game ini.
Film DreadOut mengambil latar
cerita sebelum kejadian dalam game terjadi
(prekuel). Film DreadOut menceritakan sekelompok siswa
SMA yang berharap mendapatkan popularitas di media sosial.
Sekelompok siswa SMA ini pergi ke apartemen kosong, mereka sengaja
mengunjungi apartemen tersebut dimalam hari untuk merekam kegiatan
mereka selama disana. Tidak sengaja, salah satu anggota kelompok,
Linda, membuka portal misterius dan membangunkan setan yang
dapat menyeret mereka ke dalam neraka.
“Film DreadOut mencerminkan
budaya anak muda jaman sekarang. Banyak hal yang dilakukan oleh
anak muda demi mendapatkan popularitas di media sosial. Mulai dari
melakukan hal-hal konyol, hingga hal ekstrim. Film ini akan
terasa related dengan kita semua,” ujar Marsha
Aruan
Pengambilan gambar dilakukan selama
33 hari di beberapa lokasi di Jakarta, Ciawi, dan Cibodas. Para
pemain tidak menggunakan stunt dalam memperagakan adegan berbahaya
sehingga persiapan yang matangpun dibutuhkan dalam memproduksi film
DreadOut.
Keunikan DreadOut adalah game horor
yang mengangkat kisah petualangan Linda bersama teman-temannya yang
menyelamatkan diri dari serangan para makhluk supranatural seperti
Hantu Kebaya Merah, Pocong, Kuntilanak, Tuyul, Sundel Bolong sampai
dengan Babi Ngepet.
Sementara itu, produser film Edwin
Nazir mengatakan, “Rencananya film ini, seperti gamenya tidak hanya
akan dipasarkan di dalam negeri tapi juga akan dipasarkan secara
internasional, untuk itu selain bekerjasama dengan SkyMedia
(Screenplay) dan Lyto game, kami juga bekerjasama dengan CJ
Entertainment dari Korea, semoga film ini tidak hanya sukses di
pasar lokal, tapi bisa juga sukses di pasar internasional dan
menjadi film karya anak bangsa yang dapat dibanggakan di mata
dunia”.
Sosok Di Balik Kebaya Merah
Hantu Kebaya Merah merupakan
karakter hantu utama di Film DreadOut. Hantu yang paling kuat di
tingkatan hantu ini, secara totalitas dapat diperankan oleh Rima
Melati Adams. Menurut Rima, peran sebagai sosok hantu kebaya merah
merupakan pengalaman pertama bagi dirinya.
“Aku sangat berterima kasih kepada
Mas Kimo karena diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk
memerankan karakter Kebaya Merah. Ini merupakan pengalaman pertama
aku memerankan karakter horor. Selama proses syuting ini sangat
banyak tantangannya. Proses makeup dan
penggunaan softlense, aku hampir tidak bisa
lihat apa-apa ketika harus take adegan berat.”
ujarnya.
Hantu Kebaya Merah diciptakan
berdasarkan pengalaman nyata Risa Saraswati (pengisi suara Hantu
Kebaya Merah versi games). Dalam tingkatan hantu, Hantu Kebaya
Merah merupakan hantu yang paling kuat. Kekuatannya ini dibuktikan
dengan sangat mudahnya ia memengaruhi dan muncul di hadapan
manusia. Dengan kebaya erah lengkap dan sanggul, Hantu Kebaya Merah
semakin tampakan sebagai sosok hantu yang telah ada sejak zaman
dulu. Hantu Kebaya Merah akan menjadi semakin kuat dan menampakkan
sosok aslinya apabila diganggu.
Film yang disutradarai dan diproduseri oleh Kimo Stamboel (“Rumah
Dara”, “Killers” “Headshot”), Wida Handoyo (Petak Umpet Minako
2017), dan Edwin Nazir (9 Summers 10 Autumns 2013) akan rilis 3
Januari 2019.
Geeknews.id — Fantastic Beasts:
The Crime of Grindelwald hanya tersisa satu bulan lagi menuju
penayangannya. Baru-baru ini banyak fakta baru yang terungkap dalam
trailer terakhirnya. Salah satunya adalah saat Albus Dumbledore
menyuruh Newt Scamander berkunjung ke satu rumah di Paris.
Tentu banyak yang tahu bahwa rumah tersebut adalah milik Nicolas
Flamel, seorang alkemis terkenal yang muncul di Harry Potter and
the Sorcerer’s Stone. Flamel sendiri memiliki umur yang panjang,
diperkirakan sampai seratus tahun karena berhasil menciptakan
Elixer of Life yang dapat memperpanjang kehidupan.
Dan The Crime of Grindelwald membagikan tampilan pertama dari
rumah Flamel lewat EW. Lihat detailnya di bawah ini.
1. Tempat penyimpanan Elixer of Life
Fantastic
Beasts: The Crimes of Grindelwald
Nicolas Flamel’s Home
(with Sorcerer’s Stone)
Set Design photos
2. Dapur Alkimia Flamel
Fantastic
Beasts: The Crimes of Grindelwald
Nicholas Flamel’s Home
Set Design photos
3.
Banyak buku dan alat–alat pembuat ramuan
Fantastic
Beasts: The Crimes of Grindelwald
Nicholas Flamel’s Home
Set Design photos
4. Tempat duduk dan istirahat
Fantastic
Beasts: The Crimes of Grindelwald
Nicholas Flamel’s Home
Set Design photos
5. Isi rumah Alkemis terkenal
Fantastic
Beasts: The Crimes of Grindelwald
Nicholas Flamel’s Home
Set Design photos
Geeknews.id – Screenplay
Films bersama Bumilangit Studios dan Legacy Pictures saat ini
sedang berkolaborasi untuk mengangkat kembali salah satu jagoan
Indonesia yaitu Gundala. Gundala sendiri adalah seorang karakter
legendaris komik Indonesia yang pertama kali diterbitkan pada tahun
1969.
Pembuatan film Gundala ini
diumumkan pada tanggal 4 April 2018, bertepatan dengan Kosasih Day
– hari lahirnya komikus legendaris Indonesia, R. A. Kosasih.
Almarhum adalah salah satu komikus yang mempelopori genre komik
wayang dan jagoan Indonesia.
Beberapa tahun silam, Hanung
Bramantyo pernah diberitakan akan membuat film Gundala, namun,
kemarin telah dikonfirmasikan bahwa Joko Anwar yang akan menjadi
sutradara sekaligus penulis film ini.
Sebelum ini, Joko Anwar telah
melahirkan sejumlah film besar seperti Pengabdi Setan (2017) yang
berhasil mendapatkan predikat Film Horror Terlaris sepanjang tahun
2017, Pintu Terlarang (2009), Kala (2007), Janji Joni (2005). Dia
juga pernah berkolaborasi dengan HBO sebagai sutradara dalam serial
TV Halfworlds (2015).
Baca JugaMan of Steel 2, Akankah Terjadi?
Menurut Imansyah Lubis, production
manager dari Bumilangit Studios, Joko Anwar adalah sutradara yang
tepat untuk membuat sebuah film yang akan menjadi lokomotif yang
menarik tokoh-tokoh lain dari Bumilangit.
Saat ini, film ini masih dalam
proses pra produksi di mana skenarionya sendiri masih dalam tahap
penulisan dan diperkirakan baru akan selesai dalam waktu dua
minggu. Nama-nama para pemeran yang akan dipilih untuk turut serta
juga belum dikonfirmasikan. Proses syuting akan dimulai pada akhir
tahun ini dan diperkirakan Gundala akan mulai ditayangkan di layar
lebar pada pertengahan tahun 2019.
Kompas
melaporkan bahwa direktur tersebut telah memasang Instagram tentang
undangan resmi dari Misi Tetap Republik Indonesia untuk
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Undangan tersebut menyatakan bahwa film
tersebut akan diputar pada sesi ke 62 dari Komisi Status Perempuan
(CSW) pada 12-23 Maret di Markas Besar PBB.
Sesi CSW akan berfokus pada “tantangan dan peluang untuk
mencapai kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan dan anak
perempuan pedesaan”, tema yang membentuk alur cerita utama di
Kartini karena menggambarkan sejarah perjuangan perempuan untuk
kesetaraan dan pemberdayaan di Indonesia.
Hanung mengatakan bahwa ia tidak pernah membayangkan film
tersebut akan diputar di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam judul
pos Instagramnya, dia bercanda bahwa dia tidak tahu bahasa apa yang
harus dia gunakan di acara tersebut. Film biografi Kartini adalah
film multibahasa yang terutama menggunakan bahasa Jawa, bahasa asli
Kartini.
Dia juga memanggil produser film tersebut, dengan mengatakan,
“Terima kasih telah mengizinkan saya membuat film yang jujur,” dan
menyebutkan aktor pemeran ansambel, seperti Dian Sastrowardoyo,
Adinia Wirasti, Acha Septriasa, Ayushita dan Reza Rahadian.
Hanung juga mengucapkan terima kasih kepada para wanita di
keluarganya, dan mengucapkan terima kasih khusus kepada
wanita-wanita kuat Indonesia.
sumber :
thejakartapost.com (diterjemahkan geeknews.id)